Senin, 08 Desember 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN

DisusunGunaMemenuhiTugasMataKuliah:
Metodologi Penelitian Pendidikan

Dosen Pengampu: Imam Subqi, M.Si., M.Pd.







 Disusun Oleh:
DLIYA UDIN WIFQI
11110115


JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM ( PAI )
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
SALATIGA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yangdiperoleh akan sangat ditentukan oleh kualitas atau validitas instrumen yang digunakan, di samping prosedur pengumpulan data yang ditempuh. Hal ini mudah dipahami karena instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika instrumen yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid dan reliabel maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di lapangan. Sedangkan jika kualitas instrumen yang digunakan tidak baik dalam arti mempunyai validitas dan reliabilitas yang rendah, maka data yang diperoleh juga tidak valid atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang keliru.
Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrumen yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu.
B.Rumusan Masalah
Mengetahui perkembangan instrumen dalam penelitian
C.Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian pendidikan, serta mengetahui apa saja pengembangan instrumen dalam penelitian pendidikan.









BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN INSTRUMEN
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif. Sedangkan menurut Djaali dan Muljono, instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel.
Instrumen memegang peranan penting dalam menentukan mutu suatu penelitian dan penilaian. Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data.Menurut Arikunto, data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.
Untuk mengumpulkan data penelitian dan penilaian, seseorang dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia atau biasa disebut instrumen baku (standardized) dan dapat pula dengan instrumen yang dibuat sendiri. Jika instrumen baku tersedia maka seseorang dapat langsung menggunakan instrumen tersebut namun jika instrumen tersebut belum tersedia atau belum baku maka seseorang harus dapat mengembangkan instrumen buatan sendiri untuk dibakukan sehingga menjadi instrumen yang layak sesuai fungsinya.
B.PERKEMBANGAN INSTRUMEN
Dalam rangka memahami pengembangan instrumen penelitian, maka berikut ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang terkait, diantaranya pengertian Konstruk, Variabel, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas.
1.      Konstruk
Konstruk adalah adalah sebuah abstraksi yang tidak dapat diamati secara langsung, itu adalah konsep yang diciptakan untuk menjelaskan perilaku. Contoh konstruk dalam bidang pendidikan adalah inteligensi, kepribadian, efektivitas guru, kreativitas, kemampuan, prestasi, dan motivasi.
Konstruk dapat diartikan sebagai konsep yang telah dibatasi pengetiannya (unsur, ciri, dan sifatnya) sehingga dapat diamati dan diukur.untuk mengukur konstruk, maka perlu untuk mengidentifikasi nilai atau nilai bisa berasumsi. Sebagai contoh konstruk kepribadian dapat diukur dengan mendefinisikan dua tipe kepribadian, introvert dan ekstrovert, dapat diukur melalui skor yang terdapat dari 30 pertanyaan, yang semakin tinggi skornya menunjukkan kepribadian introvert seseorang dan semakin rendah skor menunjukkan kepribadian ekstrovert. Jadi konstruk berubah menjadi variabel apabila konstruk tersebut sifat-sifatnya sudah diberi nilai dalam bentuk bilangan.
2.      Variabel
Nazir (1988: 149-151) mengemukakan bahwa terdapat beberapa jenis variabel, yakni:.
a.       Variabel kontinu
Variabel kontinu merupakan variabel yang memiliki nilai sembarang, baik berupa nilai bulat maupun pecahan, diantara dua nilai tertentu atau variabel yang mengambil seluruh nilai dalam suatu interval.
Nazir (1988: 149) mendefinisikan variabel kontinu adalah variabel yang dapat kita tentukan nilainya dalam jarak jangkau tertentu dan desimal yang tidak terbatas
.
b.      Variabel descrete
Variabel descrete merupakan konsep yang nilainya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan atau desimal di belakang koma.Variabel descrete ini sering juga disebut sebagai variabel kategori.Bila dalam satu variabel tersebut mempunyai 2 kategori saja maka variabel tersebut dinamakan variabel dikhotom.Sedangkan bila dalam satu variabel memiliki lebih dari dua kategori maka disebut sebagai variabel politom.

c.       Variabel dependen dan Independen
Dalam hal terdapat hubungan antara dua variabel, misalnya antara variabel Y dan variabel X, jika variabel Y disebabkan oleh variabel X, maka dapat dikatakan:
Y = variabel dependen
X = variabel independen

d.      Variabel moderator dan random
Jika dilihat suatu hubungan antarvariabel, biasanya terdapat sebuah variabel dependen dan beberapa variabel independen (bebas), dan semua variabel bebas telah diperkirakan dalam membuat hubungan tersebut.
Jika :
Y = variabel dependen
X = variabel independen, yang misal tergantung dari beberapa variabel bebas yakni X1, X2, X3, dan X4.
Y = f (X1, X2, X3, dan X4)
Jika ada variabel lain, yang dianggap berpengaruh terhadap variabel dependen tersebut, tetapi dianggap tidak mempunyai pengaruh utama, maka variabel ini dinamakan variabel moderator.

e.       Variabel Aktif
Variabel aktif merupakan variabel yang dimanipulasikan oleh peneliti. Jika peneliti memanipulasikan metode mengajar, cara menghukum mahasiswa, maka metode mangajar, cara menghukum, adalah variabel aktif, karena variabel ini dapat dimanipulasikan.

f.       Variabel atribut
Variabel atribut merupakan variabel yang tidak dapat atau sukar untuk dimanipulasi.Variabel atribut umumnya merupakan karakteristik manusia seperti intelegensia, jenis kelamin, status sosial, pendidikan, sikap, dan sebagainya. Variabel yang merupakan inanimate objects juga merupakan contoh variabel atribut seperti populasi, rumah tangga, daerah geografis, dan sebagainya.

3.    Instrumen

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Instrumen penelitian itu merupakan salah satu komponen penting yang diperlukan dalam proses penelitian. Dalam konteks pembelajaran, instrumen penelitian jenis tes dijadikan alat untuk mengukur hasil belajar. Kadangkala dalam proses pembelajaran, aspek evaluasi hasil belajar ini diabaikan. Artinya, dosen, guru atau instruktur terlalu memperhatikan penyajian pelajaran saja.Perkuliahan atau pelajaran berjalan baik, praktikum berjalan rapi, namun saat membuat tes atau soal praktikum, tidak lagi melihat tujuan pembelajaran yang pernah dibuatnya di SAP atau RPP.Akibatnya, tes hasil belajar yang dibuat terkesan seperti jatuh dari langit saja.Artinya, dosen atau guru membuat soal tes menjadi seadanya atau seingatnya saja, tanpa harus memenuhi kriteria pembuatan tes yang baik dan benar.Misalnya apakah soal ujian tersebut sudah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan; apakah memperhatikan aspek kognitif, afektif atau psikomotorik dan sebagainya.
Penyusunan tes hasil belajar yang menggunakan instrumen untuk keperluan penelitian, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.    Tes tersebut fungsinya dapat memperoleh informasi tentang kemampuan subjek penelitian.
b.    Mendiskusikan tentang fungsi penilaian untuk memperoleh pemahaman tentang hal-hal apa saja yang dapat dinilai melalui pelaksanaan suatu tes. Apakah sekedar memberi nilai untuk menentukan lulus atau tidaknya mahasiswa atau siswa tersebut. Ataukah ada fungsi-fungsi lain yang ingin dicapai melalui penilaian tersebut, misalnya data yang diperoleh digunakan untuk penelitian.
c.    Menentukan kriteria penilaian untuk kepentingan penelitian. Ini berarti untuk melakukan penilaian yang baik dibutuhkan mutu soal tes yang baik pula. Dalam praktek pengajaran, tes dilaksanakan dengan memberikan serangkaian soal tes hasil belajar. Semakin bermutu tes yang diberikan maka semakin terandalkan pula penilaian yang diperoleh dan hal ini berdampak pada makin baik data yang diperoleh untuk keperluan penelitian.
d.    Merancang soal-soal yang diberikan kepada sunjek penelitian dalam suatu struktur yang sedemikian rupa, sehingga jumlah dan derajat kesukaran soal yang tetap relevan dengan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam Rancangan Kegiatan Belajar Mengajar(RKBM).
e.    Mengingat derajat kesukaran soal dapat berbeda satu dengan lainnya, tiap-tiap soal perlu mendapat bobot soal menurut relevansinya dengan tujuan belajar.
f.     Sesudah proses membuat, menstrukturkan dan menentukan bobot soal, maka soal-soal tersebut disajikan melalui ujian. Setelah itu dilakukan pengukuran dan penilaian hasil untuk keperluan penelitian.

3.a.Karakteristik Instrumen
Alat pengukuran dapat dinilai pada berbagai manfaat.Ini termasuk isu-isu praktis.Semua instrumen memiliki kekuatan dan kelemahan-ada instrumen yangsempurna untuk setiap tugas.
Beberapa isu-isu praktis yang perlu diperhatikan antara lain:
a)    Biaya
b)    Ketersediaan
c)    Pelatihan diperlukan
d)    Kemudahan administrasi, penilaian, analisis
e)    Waktu dan upaya yang diperlukan untuk responden untuk menyelesaikan mengukur
Selain isu-isu praktis tersebut, syarat utama instrumen yang baik adalah valid, reliabel, sensitif, obyektifitas tinggi dan fisibilitas baik.

3.b.Prosedur Penyusunan Instrumen Tes

Prosedur penyusunan instrumen tes adalah sebagai berikut:.
Ø  Mengembangkan spesifikasi tes, yang meliputi:
-       Menyusun tujuan khusus pembelajaran
-       Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan
-       Menyusun kisi-kisi tes, yang memuat pokok materi, tujuan instruksional khusus, dan aspek berpikir yang diukur. Selanjutnya ditentukan banyak item tes untuk masing-masing tujuan instruksional khusus pada masing-masing domain.
Ø  Memilih bentuk tes yang tepat
Ø  Menulis item-item tes berdasarkan kisi-kisi yang sudah disusun.
Ø  Petunjuk pengisian instrumen

3.c. Prosedur Pengujian Instrumen Penelitian

   Pengujian instrumen dimulai dengan responden. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menguji instrumen tersebut. Ukuran umum yang digunakan adalah validitas dan reliabilitas. Khusus untuk tes hasil belajar, selain validitas dan reliabilitas masih ada lagi ukuran lain yang dapat digunakan, antara lain tingkat kesukaran, daya pembeda, dan analisis pengecoh.

4.d. Menentukan Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengelola, dan menginterpretasikan informasi dari para responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama, Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan dan tidak bisa digunakan pada penelitian yang lain. Kekhasan setiap objek penelitian menyebabkan seorang peneliti harus merancang sendiri instrumen yang digunakan. Susunan instrumen untuk setiap penelitian tidak selalu sama dengan penelitian lain. Hal ini mengingat tujuan dan mekanisme kerja dalam setiap teknik penelitian juga berbeda-beda.
Beberapa jenis instrumen dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut:
Ø  Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengkukuran, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Ø  Angket atau Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Ø  wawancara (Interview)
wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variable latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
Ø  Observasi
Di dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
Ø  Skala bertingkat (Ratings)
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat. Di dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden.
Ø  Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.

3.e.Penyusunan Instrumen Penelitian
            Dalam setiap penelitian yang bersifat empiris selalu dibutuhkan instrumen penelitian yang terdiri dari daftar kuesioner (pernyataan), formulir tabulasi, dan formulir analisis. Ketiga macam instrumen penelitian tersebut harus dirancang dalam satu kesatuan sehingga dalam proses penelitian dapat bekerja dalam satu arah terpadu. Di antara ketiga penelitian tersebut, perancangan daftar kuesioner membutuhkan perhatian yang lebih besar dibanding jenis instrumen lainnya. Mutu daftar kuesioner sangat menentukan keberhasilan penelitian yang sedang dilakukan. Jenis instrumen lain, perancangan menyesuaikan dengan struktur daftar pertanyaan. Keterpaduan semua aspek instrumen penelitian diharapkan dapat menghasilkan suatu instrumen yang baik dan memenuhi tujuan penelitian tersebut.
            Daftar kuesioner adalah serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada responden guna mengumpulkan informasi dari responden mengenai objek yang sedang diteliti, baik berupa pendapat, tanggapan, ataupun dirinya sendiri. Sebagai suatu instrumen penelitian, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak boleh menyimpang dari arah yang akan dicapai oleh usulan proyek penelitian, yang tercermin dalam rumusan hipotesis. Dengan demikian, daftar pertanyaan yang harus diajukan dengan taktis dan strategik sehingga mampu menyaring informasi yang dibutuhkan oleh responden.
            Pertanyaan yang diajukan oleh responden harus jelas rumusannya, sehingga peneliti akan menerima informasi dengan tepat dari responden. Sebab responden dan pewawancara dapat menginterpretasikan makna suatu kalimat yang berbeda dengan maksud peneliti, sehingga isi pertanyaan justru tidak dapat dijawab. Di samping itu harus pula diperhatikan kemana arah yang dicapai, mengingat tanpa arah yang jelas tidak mungkin dapat disusun suatu daftar pertanyaan yang memadai.
            Seorang peneliti dalam menyusun daftar pertanyaan hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut:
a.       Apakah anda menggunakan tipe pertanyaan terbuka atau tertutup atau gabungan keduanya
b.      Dalam mengajukan pertanyaan hendaknya jangan langsung pada masalah inti/pokok dalam penelitian anda. Buatlah pertanyaan yang setahap demi setahap, sehingga mampu mengorek informasi yang dibutuhkan.
c.       Pertanyaan hendaknya disusun dengan menggunakan bahasa Nasional atau setempat agar mudah dipahami oleh responden.
d.      Apabila menggunakan pertanyaan tertutup, hendaknya setiap pertanyaan maupun jawaban diidentifikasi dan diberi kode guna memudahkan dalam pengolahan informasi.
e.       Dalam membuat daftar pertanyaan, hendaknya diingat bahwa anda bukanlah seorang introgator, tetapi pihak yang membutuhkan informasi dari pihak lain.

3.f. Proses Perancangan Daftar Pertanyaan
Menyusun suatu rancangan daftar pertanyaan sebetulnya merupakan kerja kolektif seluruh anggota tim peneliti. Keterlibatan semua anggota tim peneliti akan memberikan kontribusi penyempurnaan konstruksi instrumen penelitian.
            Berikut adalah langkah-langkah dalam menyusun daftar pertanyaan:
o   Penentuan informasi yang dibutuhkan
o   Penentuan proses pengumpulan data
o   Penyusunan instrumen penelitian
o   Pengujian instrumen penelitian.

4.      Validitas  dan Realibilitas
Validitas dan reliabilitas merupakan dua unsur yang tak terpisahkan dari suatu alat ukur.Suatu alat ukur yang telah memenuhi unsur validitas dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut juga memenuhi unsur-unsur reliabilitas.Namun demikian, suatu alat ukur yang telah memenuhi unsur-unsur reliabilitas belum tentu alat ukur tersebut juga memenuhi unsur-unsur validitas.Reliabilitas sendiri belum merupakan kriteria yang cukup untuk menyimpulkan bahwa alat ukur tersebut sudah valid.Jadi, bisa terjadi bahwa ada alat ukur yang reliabel namun tidak valid.Alat ukur yang valid dan reliabel untuk penelitian yang satu belum tentu valid dan reliabel untuk penelitian lainnya.
            Sebuah contoh yang  dikemukakan olen Neuman (2000 : 165) cukup jelas untuk mengerti konsep reliabilitas dari suatu alat ukur. Dia memberikan contoh dengan menimbang berat badan kita. Pada waktu kita menimbang berat badan yang sama walaupun kita berkali-kali naik dan turun dari timbangan tersebut. Dengan asumsi bahwa kita tidak makan, minum, maupun berganti pakaian saat itu.Timbangan tersebut dapat dikatakan sebagai alat ukur yang reliabel. Timbangan tersebut akan dikatakan tidak reliabel bila timbangan tersebut menunjukkan angka yang berubah-ubah walaupun berat badan kita saat itu tidak berubah.
            Kalau reliabilitas mengacu pada konsistensi dari hasil pengukuran, validitas suatu alat ukur mengacu pada sejauh mana hasil pengukurannya dapat menggambarkan kenyataan yang sesungguhnya. Bila dalam suatu tes kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris A mendapatkan nilai lebih tinggi dari B, dan C mendapatkan nilai yang sama dengan B, maka perbedaan antara A dan B serta kesamaan antara B dan C merupakan fakta di lapangan. Fakta sehari-hari harus menunjukkan bahwa A memang mempunyai kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris lebih baik dari B dan C, dan B mempunyai kemampuan yang relatif sama dengan C. seandainya hasil tes tersebut dapat menggambarkan fakta yang sesungguhnya, alat ukur yang digunakan untuk menilai kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris tersebut dapat dikatakan sebagai alat ukur yang valid.
            Dari penjelasan tersebut bisa terjadi ada suatu alat ukur yang reliabel namun tidak valid.Bila alat ukur yang digunakan sudah valid, alat ukur tersebut dapat dikatakan sudah memenuhi aspek reliabilitas.Karena suatu alat ukur yang mempunyai reliabilitas rendah berarti alat ukur tersebut tidak valid.


4.a.    Validitas
Dalam penelitian pengajaran bahasa asing ada lima jenis validitas dari alat ukur, yaitu validitas tampilan, validitas isi, validitas prediktif, validitas konstruk, dan validitas kesetaraan.


a.       Validitas Tampilan (Face validity)
Ada kemungkinan validitas tipe ini tidak terlalu ilmiah dan hanya berdasarkan kebiasaan yang ada, misalnya format penyusunan pilihan-pilihan dalam soal pilihan ganda.Seiring dengan perkembangan teori belajar bahasa asing, validitas tampilan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.Contohnya saja untuk mengukur kemampuan berbahasa Inggris dalam bentuk tulisan sudah mulai popular sehingga tes semacam TOEIC (test of English for International Communication) atau JLPT (Japanese Language Proficiency Test) yang dilaksanakan secara tertulis dan valid.

b.      Validitas Isi (Content validity)
Validitas isi terkait dengan seluruh butir-butir soal yang ada dalam suatu alat ukur. Untuk memenuhi validitas tipe ini peneliti harus melihat seluruh indikator yang berupa butir-butir soal dan menganalisisnya apakah alat ukurnya secara keseluruhan telah mewakili dari materi yang akan diukur. Contoh validitas isi adalah tes bakat kebahasaan.Bakat kebahasaan sering didefinisikan sebagai kemampuan dasar seseorang untuk belajar bahasa yang mencakup ranah kosa kata, minat, analisa kebahasaan, pembedaan suara dan kemampuan berasosiasi antara simbol dan suara. Bila alat ukur tersebut dikembangkan berdasarkan definisi itu, alat ukur tersebut harus memenuhi ke lima ranah tersebut.

c.       Validitas Prediktif  (Predictive validity)
Validitas alat ukur yang terkait dengan kemampuan memprediksi fenomena di masa mendatang disebut validitas prediktif.Validitas ini mengambarkan sejau mana hasil tes dari suatu alat ukur mempunyai korelasi dengan suatu keberhasilan belajar di masa mendatang. Dengan kata lain, suatu alat ukur yang mempunyai validitas prediktif dapat digunakan untuk memprediksi apakah seseorang akan lebih berhasil atau kurang berhasil dalam belajar sesuatu.
d.      Validitas Konstruk  (Construct validity)
Validitas konstruk diperlukan untuk alat ukur yang mempunyai beberapa indikatordalam mengukur satu aspek atau konstruk.Bila ada alat ukur yang mempunyai beberapa aspek dan setiap aspek diukur dengan beberapa indikator, indikator yang sejenis harus berasosiasi positif satu dengan lainnya.Sebaliknya, indikator-indikator tersebut harus berasosiasi negatif dengan indikator lainnya bila indikator tersebut mengukur aspek yang berbeda atau berlawanan.
e.       Validitas Kesetaraaan (Concurrent validity)
Alat ukur yang baru dikembangkan dalam suatu penelitian membutuhkan validitas kesetaraan.Validitas kesetaraan mengukur sejauh mana alat ukur yang baru tersebut dapat dikorelasikan dengan alat ukur sejenis yang seudah terbukti validitasnya.Bila atal ukur yang baru tersebut mempunyai korelasi yang tinggi dan signifikan berarti alat ukur tersebut mempunyai validitas kesetaraan.Dengan mempunyai validitas tipe ini, alat yang baru tersebut diasumsikan mempunyai validitas yang sejenis seperti alat ukur yang sudah ada.Bila atalt ukur yang sudah ada mempunyai valiiditas isi, alat ukur yang baru diasumsikan mempunyai validitasi isi juga. Korelaasi kedua alat ukur tidak perlu mempunyai asosiasi yang sempurna karena taka da dua alat ukur yang mampu mengukur satu aspek kebahasaan dengan hasil yang sama.

4.b. Reliabilitas
       Reliabilitas adalah konsistensi dari suatu alat ukur, atau sejauh mana alat ukur tersebut dapat mengukur subjek yang sama dalam waktu yang berbeda namun menunjukkan hasil yang relatif sama. Untuk mengukur reliabilitas sebuah tes kita dapat memberikan tes tersebut kepada subjek yang sama paling sedikit dua kali dalam waktu yang berbeda, dan membandingkan kedua hasilnya.
            Faktor yang mempengaruhi kedua pengukuran tersebut adalah kelelahan, kondisi lingkungan dan aspek-aspek psikologis maupun fisiologis lainnya. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan bahwa kedua tes tersebut harus diberikan dalam situasi dan kondisi yang relatif sama atau mirip. Selanjutnya akan dijelaskan jenis-jenis reliabilitas.

  • Reliabilitas antarindikator
            Bila suatu alat ukur terdiri dari beberapa indikator yang berupa butir-butir soal, perlu diukur sejauh mana masing-masing indikator menunjukkan hasil yang sama di dalam mengukur suatu aspek.

  • Reliabilitas antar Kelompok
Dalam sebuah penelitian yang mengaruskan alat ukurnya reliabel untuk semua kelompok, peneliti harus melaporikan analisa reliabilitas antar kelompok.Untuk melihat apakah alat ukur tersebut dapat reliabel untuk semua kelompok yang ada dalam sebuah penelitian, peneliti dapat melakukan analisa perbandingan.
















BAB III
PENUTUP
 A.Kesimpulan
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian.Data yang terkumpul dengan menggunakan instrumen tertentu akan dideskripsikan dan dilampirkan atau digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian.
Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrumen yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu.
Instrumen penelitian memiliki kualitas yang baik bila memenuhi dua kriteria pokok instrument yaitu adalah: validitas, reliabilitas, dan.
Validitas adalah sejauh mana suatu instrumen melakukan fungsinya atau mengukur apa yang seharusnya diukur. Artinya sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam melakukan fungsinya.
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya. Makin cocok dengan sekor sesungguhnya makin tinggi reliabilitasnya. Reliabilitas juga merupakan derajat kepercayaan dimana skor penyimpangan individu relatif konsisten terhadap tes sama yang diulangi.











Referensi:
Peter Airasian, Geogffrey E. Mills, L.R. Gay,(Educational Research,Competencies for Analysis and Applications,  2009), hlm.144
Sugiyono, Metode Peneltian Kuantitatif kualitatif dan R & D(Bandung: Alfabeta,2010),hlm.102
Hamzah B. Uno, Herminanto Sofyan & I Made Candiasa, Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian( Jakarta: Delima Press, 2001).hlm.60
Norman E. Gronlund & Robert L. Linn, Measurement and Evaluation in Teaching.(New York: Macmillan Publishing Company,1990).hlm.109
Blogkatte.blogspot.co. Jenis Instrumen Penelitian;( senin, 1 Desember 2014)
Bambang Setiyadi, Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, 2006, h. 14.
L.R. Gay, Geoffrey E. Mills dan Peter Airasian, Educational Research Competencies for Analysis and Applications, 2009, h. 154
] L.R. Gay, Geoffrey E. Mills dan Peter Airasian, Educational Research Competencies for Analysis and Applications, 2009, h. 159
Bambang Setiyadi, Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, 2006, h. 29




Tidak ada komentar:

Posting Komentar