PENGEMBANGAN INSTRUMEN
PENELITIAN
DisusunGunaMemenuhiTugasMataKuliah:
Metodologi Penelitian
Pendidikan
Dosen Pengampu: Imam
Subqi, M.Si., M.Pd.
Disusun
Oleh:
DLIYA
UDIN WIFQI
11110115
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM ( PAI )
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
SALATIGA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu
penelitian, karena validitas atau kesahihan data yangdiperoleh akan sangat
ditentukan oleh kualitas atau validitas instrumen yang digunakan, di samping
prosedur pengumpulan data yang ditempuh. Hal ini mudah dipahami karena
instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika instrumen
yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid dan reliabel
maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di
lapangan. Sedangkan jika kualitas instrumen yang digunakan tidak baik dalam
arti mempunyai validitas dan reliabilitas yang rendah, maka data yang diperoleh
juga tidak valid atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan, sehingga dapat
menghasilkan kesimpulan yang keliru.
Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan
instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat
sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrumen yang sudah
dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu.
B.Rumusan Masalah
Mengetahui perkembangan
instrumen dalam penelitian
C.Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian pendidikan, serta
mengetahui apa saja pengembangan instrumen dalam penelitian pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN INSTRUMEN
Instrumen
adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan
penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel
penelitian secara objektif. Sedangkan menurut Djaali dan Muljono, instrumen
adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, yang dapat dipergunakan
sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai
suatu variabel.
Instrumen
memegang peranan penting dalam menentukan mutu suatu penelitian dan penilaian.
Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data.Menurut Arikunto, data
merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat
pembuktian hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya
instrumen pengumpulan data.
Untuk mengumpulkan data penelitian dan penilaian,
seseorang dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia atau biasa disebut
instrumen baku (standardized) dan dapat pula dengan instrumen yang
dibuat sendiri. Jika instrumen baku tersedia maka seseorang dapat langsung
menggunakan instrumen tersebut namun jika instrumen tersebut belum tersedia
atau belum baku maka seseorang harus dapat mengembangkan instrumen buatan
sendiri untuk dibakukan sehingga menjadi instrumen yang layak sesuai fungsinya.
B.PERKEMBANGAN INSTRUMEN
Dalam rangka memahami pengembangan instrumen penelitian, maka berikut ini
akan dibahas mengenai beberapa hal yang terkait, diantaranya pengertian Konstruk,
Variabel, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas.
1. Konstruk
Konstruk
adalah adalah sebuah abstraksi yang tidak dapat diamati secara langsung, itu
adalah konsep yang diciptakan untuk menjelaskan perilaku. Contoh konstruk dalam
bidang pendidikan adalah inteligensi, kepribadian, efektivitas guru,
kreativitas, kemampuan, prestasi, dan motivasi.
Konstruk dapat diartikan sebagai konsep yang telah
dibatasi pengetiannya (unsur, ciri, dan sifatnya) sehingga dapat diamati dan
diukur.untuk mengukur konstruk, maka perlu untuk mengidentifikasi nilai atau
nilai bisa berasumsi. Sebagai contoh konstruk kepribadian dapat diukur dengan
mendefinisikan dua tipe kepribadian, introvert dan ekstrovert, dapat diukur
melalui skor yang terdapat dari 30 pertanyaan, yang semakin tinggi skornya
menunjukkan kepribadian introvert seseorang dan semakin rendah skor menunjukkan
kepribadian ekstrovert. Jadi konstruk berubah menjadi variabel apabila konstruk
tersebut sifat-sifatnya sudah diberi nilai dalam bentuk bilangan.
2. Variabel
Nazir (1988: 149-151) mengemukakan bahwa terdapat beberapa jenis variabel,
yakni:.
a. Variabel kontinu
Variabel kontinu merupakan variabel yang memiliki nilai sembarang, baik
berupa nilai bulat maupun pecahan, diantara dua nilai tertentu atau variabel
yang mengambil seluruh nilai dalam suatu interval.
Nazir (1988: 149) mendefinisikan variabel kontinu adalah variabel yang
dapat kita tentukan nilainya dalam jarak jangkau tertentu dan desimal yang
tidak terbatas
.
b. Variabel descrete
Variabel descrete merupakan konsep yang nilainya tidak
dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan atau desimal di belakang koma.Variabel
descrete ini sering juga disebut sebagai variabel kategori.Bila dalam satu
variabel tersebut mempunyai 2 kategori saja maka variabel tersebut dinamakan
variabel dikhotom.Sedangkan bila dalam satu variabel memiliki lebih dari dua
kategori maka disebut sebagai variabel politom.
c. Variabel dependen dan Independen
Dalam hal terdapat hubungan antara dua variabel, misalnya antara variabel Y
dan variabel X, jika variabel Y disebabkan oleh variabel X, maka dapat
dikatakan:
Y = variabel dependen
X = variabel independen
d. Variabel moderator dan random
Jika dilihat suatu hubungan antarvariabel, biasanya terdapat sebuah
variabel dependen dan beberapa variabel independen (bebas), dan semua variabel
bebas telah diperkirakan dalam membuat hubungan tersebut.
Jika :
Y = variabel dependen
X = variabel independen, yang misal tergantung dari beberapa variabel bebas
yakni X1, X2, X3, dan X4.
Y = f (X1, X2, X3, dan X4)
Jika ada variabel lain, yang dianggap berpengaruh terhadap variabel
dependen tersebut, tetapi dianggap tidak mempunyai pengaruh utama, maka
variabel ini dinamakan variabel moderator.
e. Variabel Aktif
Variabel aktif merupakan variabel yang dimanipulasikan oleh peneliti. Jika
peneliti memanipulasikan metode mengajar, cara menghukum mahasiswa, maka metode
mangajar, cara menghukum, adalah variabel aktif, karena variabel ini dapat
dimanipulasikan.
f. Variabel atribut
Variabel atribut merupakan variabel yang tidak dapat atau sukar untuk
dimanipulasi.Variabel atribut umumnya merupakan karakteristik manusia seperti
intelegensia, jenis kelamin, status sosial, pendidikan, sikap, dan sebagainya.
Variabel yang merupakan inanimate objects
juga merupakan contoh variabel atribut seperti populasi, rumah tangga, daerah
geografis, dan sebagainya.
3. Instrumen
Instrumen pengumpulan
data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.
Instrumen pengumpul
data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah alat yang digunakan untuk
merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut
psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan
menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa
untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk
atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Instrumen penelitian
itu merupakan salah satu komponen penting yang diperlukan dalam proses
penelitian. Dalam konteks pembelajaran, instrumen penelitian jenis tes
dijadikan alat untuk mengukur hasil belajar. Kadangkala dalam proses
pembelajaran, aspek evaluasi hasil belajar ini diabaikan. Artinya, dosen, guru
atau instruktur terlalu memperhatikan penyajian pelajaran saja.Perkuliahan atau
pelajaran berjalan baik, praktikum berjalan rapi, namun saat membuat tes atau
soal praktikum, tidak lagi melihat tujuan pembelajaran yang pernah dibuatnya di
SAP atau RPP.Akibatnya, tes hasil belajar yang dibuat terkesan seperti jatuh
dari langit saja.Artinya, dosen atau guru membuat soal tes menjadi seadanya
atau seingatnya saja, tanpa harus memenuhi kriteria pembuatan tes yang baik dan
benar.Misalnya apakah soal ujian tersebut sudah sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan; apakah memperhatikan aspek kognitif, afektif atau psikomotorik dan
sebagainya.
Penyusunan tes hasil
belajar yang menggunakan instrumen untuk keperluan penelitian, perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.
Tes tersebut fungsinya dapat memperoleh informasi tentang kemampuan subjek
penelitian.
b.
Mendiskusikan tentang fungsi penilaian untuk memperoleh pemahaman tentang
hal-hal apa saja yang dapat dinilai melalui pelaksanaan suatu tes. Apakah
sekedar memberi nilai untuk menentukan lulus atau tidaknya mahasiswa atau siswa
tersebut. Ataukah ada fungsi-fungsi lain yang ingin dicapai melalui penilaian
tersebut, misalnya data yang diperoleh digunakan untuk penelitian.
c.
Menentukan kriteria penilaian untuk kepentingan penelitian. Ini berarti
untuk melakukan penilaian yang baik dibutuhkan mutu soal tes yang baik pula.
Dalam praktek pengajaran, tes dilaksanakan dengan memberikan serangkaian soal
tes hasil belajar. Semakin bermutu tes yang diberikan maka semakin terandalkan
pula penilaian yang diperoleh dan hal ini berdampak pada makin baik data yang
diperoleh untuk keperluan penelitian.
d.
Merancang soal-soal yang diberikan kepada sunjek penelitian dalam suatu
struktur yang sedemikian rupa, sehingga jumlah dan derajat kesukaran soal yang
tetap relevan dengan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam
Rancangan Kegiatan Belajar Mengajar(RKBM).
e.
Mengingat derajat kesukaran soal dapat berbeda satu dengan lainnya,
tiap-tiap soal perlu mendapat bobot soal menurut relevansinya dengan tujuan
belajar.
f.
Sesudah proses membuat, menstrukturkan dan menentukan bobot soal, maka
soal-soal tersebut disajikan melalui ujian. Setelah itu dilakukan pengukuran
dan penilaian hasil untuk keperluan penelitian.
3.a.Karakteristik Instrumen
Alat pengukuran dapat dinilai pada berbagai
manfaat.Ini termasuk isu-isu praktis.Semua instrumen memiliki kekuatan dan
kelemahan-ada instrumen yangsempurna untuk setiap tugas.
Beberapa isu-isu praktis yang perlu diperhatikan
antara lain:
a)
Biaya
b)
Ketersediaan
c)
Pelatihan diperlukan
d)
Kemudahan administrasi, penilaian, analisis
e)
Waktu dan upaya yang diperlukan untuk responden untuk menyelesaikan
mengukur
Selain isu-isu praktis tersebut, syarat utama instrumen yang baik adalah
valid, reliabel, sensitif, obyektifitas tinggi dan fisibilitas baik.
3.b.Prosedur Penyusunan Instrumen Tes
Prosedur penyusunan instrumen tes adalah sebagai berikut:.
Ø
Mengembangkan spesifikasi tes, yang meliputi:
-
Menyusun tujuan khusus pembelajaran
-
Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan
-
Menyusun kisi-kisi tes, yang memuat pokok materi, tujuan instruksional
khusus, dan aspek berpikir yang diukur. Selanjutnya ditentukan banyak item tes
untuk masing-masing tujuan instruksional khusus pada masing-masing domain.
Ø
Memilih bentuk tes yang tepat
Ø
Menulis item-item tes berdasarkan kisi-kisi yang sudah disusun.
Ø
Petunjuk pengisian instrumen
3.c. Prosedur Pengujian
Instrumen Penelitian
Pengujian instrumen dimulai dengan
responden. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menguji instrumen
tersebut. Ukuran umum yang digunakan adalah validitas dan reliabilitas. Khusus
untuk tes hasil belajar, selain validitas dan reliabilitas masih ada lagi
ukuran lain yang dapat digunakan, antara lain tingkat kesukaran, daya pembeda,
dan analisis pengecoh.
4.d. Menentukan Instrumen
Penelitian
Instrumen Penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk
memperoleh, mengelola, dan menginterpretasikan informasi dari para responden
yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama, Instrumen penelitian dirancang
untuk satu tujuan dan tidak bisa digunakan pada penelitian yang lain. Kekhasan
setiap objek penelitian menyebabkan seorang peneliti harus merancang sendiri
instrumen yang digunakan. Susunan instrumen untuk setiap penelitian tidak
selalu sama dengan penelitian lain. Hal ini mengingat tujuan dan mekanisme
kerja dalam setiap teknik penelitian juga berbeda-beda.
Beberapa jenis instrumen dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut:
Ø
Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengkukuran, intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Ø
Angket atau Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui.
Ø
wawancara (Interview)
wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya
untuk mencari data tentang variable latar belakang murid, orang tua,
pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
Ø
Observasi
Di dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara
langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan
rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang
mungkin timbul dan akan diamati.
Ø
Skala bertingkat (Ratings)
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.
Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup
memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Instrumen ini dapat
dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam orang
menjalankan tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat. Di dalam
menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel
skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden.
Ø
Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.
Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen
rapat, dan sebagainya.
3.e.Penyusunan Instrumen
Penelitian
Dalam setiap penelitian
yang bersifat empiris selalu dibutuhkan instrumen penelitian yang terdiri dari
daftar kuesioner (pernyataan), formulir tabulasi, dan formulir analisis. Ketiga
macam instrumen penelitian tersebut harus dirancang dalam satu kesatuan sehingga
dalam proses penelitian dapat bekerja dalam satu arah terpadu. Di antara ketiga
penelitian tersebut, perancangan daftar kuesioner membutuhkan perhatian yang
lebih besar dibanding jenis instrumen lainnya. Mutu daftar kuesioner sangat
menentukan keberhasilan penelitian yang sedang dilakukan. Jenis instrumen lain,
perancangan menyesuaikan dengan struktur daftar pertanyaan. Keterpaduan semua
aspek instrumen penelitian diharapkan dapat menghasilkan suatu instrumen yang
baik dan memenuhi tujuan penelitian tersebut.
Daftar kuesioner adalah
serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada responden guna mengumpulkan
informasi dari responden mengenai objek yang sedang diteliti, baik berupa
pendapat, tanggapan, ataupun dirinya sendiri. Sebagai suatu instrumen
penelitian, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak boleh menyimpang dari
arah yang akan dicapai oleh usulan proyek penelitian, yang tercermin dalam
rumusan hipotesis. Dengan demikian, daftar pertanyaan yang harus diajukan
dengan taktis dan strategik sehingga mampu menyaring informasi yang dibutuhkan
oleh responden.
Pertanyaan yang diajukan
oleh responden harus jelas rumusannya, sehingga peneliti akan menerima
informasi dengan tepat dari responden. Sebab responden dan pewawancara dapat
menginterpretasikan makna suatu kalimat yang berbeda dengan maksud peneliti,
sehingga isi pertanyaan justru tidak dapat dijawab. Di samping itu harus pula
diperhatikan kemana arah yang dicapai, mengingat tanpa arah yang jelas tidak
mungkin dapat disusun suatu daftar pertanyaan yang memadai.
Seorang peneliti dalam
menyusun daftar pertanyaan hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Apakah anda menggunakan
tipe pertanyaan terbuka atau tertutup atau gabungan keduanya
b. Dalam mengajukan
pertanyaan hendaknya jangan langsung pada masalah inti/pokok dalam penelitian
anda. Buatlah pertanyaan yang setahap demi setahap, sehingga mampu mengorek
informasi yang dibutuhkan.
c. Pertanyaan hendaknya
disusun dengan menggunakan bahasa Nasional atau setempat agar mudah dipahami
oleh responden.
d. Apabila menggunakan
pertanyaan tertutup, hendaknya setiap pertanyaan maupun jawaban diidentifikasi
dan diberi kode guna memudahkan dalam pengolahan informasi.
e. Dalam membuat daftar
pertanyaan, hendaknya diingat bahwa anda bukanlah seorang introgator, tetapi
pihak yang membutuhkan informasi dari pihak lain.
3.f. Proses Perancangan
Daftar Pertanyaan
Menyusun suatu
rancangan daftar pertanyaan sebetulnya merupakan kerja kolektif seluruh anggota
tim peneliti. Keterlibatan semua anggota tim peneliti akan memberikan kontribusi
penyempurnaan konstruksi instrumen penelitian.
Berikut adalah langkah-langkah dalam menyusun daftar
pertanyaan:
o
Penentuan informasi yang dibutuhkan
o
Penentuan proses pengumpulan data
o
Penyusunan instrumen penelitian
o
Pengujian instrumen penelitian.
4. Validitas dan Realibilitas
Validitas dan
reliabilitas merupakan dua unsur yang tak terpisahkan dari suatu alat
ukur.Suatu alat ukur yang telah memenuhi unsur validitas dapat dikatakan bahwa
alat ukur tersebut juga memenuhi unsur-unsur reliabilitas.Namun demikian, suatu
alat ukur yang telah memenuhi unsur-unsur reliabilitas belum tentu alat ukur
tersebut juga memenuhi unsur-unsur validitas.Reliabilitas sendiri belum
merupakan kriteria yang cukup untuk menyimpulkan bahwa alat ukur tersebut sudah
valid.Jadi, bisa terjadi bahwa ada alat ukur yang reliabel namun tidak
valid.Alat ukur yang valid dan reliabel untuk penelitian yang satu belum tentu
valid dan reliabel untuk penelitian lainnya.
Sebuah contoh yang
dikemukakan olen Neuman (2000 : 165) cukup jelas untuk mengerti konsep
reliabilitas dari suatu alat ukur. Dia memberikan contoh dengan menimbang berat
badan kita. Pada waktu kita menimbang berat badan yang sama walaupun kita
berkali-kali naik dan turun dari timbangan tersebut. Dengan asumsi bahwa kita tidak
makan, minum, maupun berganti pakaian saat itu.Timbangan tersebut dapat
dikatakan sebagai alat ukur yang reliabel. Timbangan tersebut akan dikatakan
tidak reliabel bila timbangan tersebut menunjukkan angka yang berubah-ubah
walaupun berat badan kita saat itu tidak berubah.
Kalau reliabilitas mengacu pada konsistensi dari hasil
pengukuran, validitas suatu alat ukur mengacu pada sejauh mana hasil
pengukurannya dapat menggambarkan kenyataan yang sesungguhnya. Bila dalam suatu
tes kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris A mendapatkan nilai lebih tinggi
dari B, dan C mendapatkan nilai yang sama dengan B, maka perbedaan antara A dan
B serta kesamaan antara B dan C merupakan fakta di lapangan. Fakta sehari-hari
harus menunjukkan bahwa A memang mempunyai kemampuan berbicara dalam bahasa
Inggris lebih baik dari B dan C, dan B mempunyai kemampuan yang relatif sama
dengan C. seandainya hasil tes tersebut dapat menggambarkan fakta yang
sesungguhnya, alat ukur yang digunakan untuk menilai kemampuan berbicara dalam
bahasa Inggris tersebut dapat dikatakan sebagai alat ukur yang valid.
Dari penjelasan tersebut bisa terjadi ada suatu alat ukur
yang reliabel namun tidak valid.Bila alat ukur yang digunakan sudah valid, alat
ukur tersebut dapat dikatakan sudah memenuhi aspek reliabilitas.Karena suatu
alat ukur yang mempunyai reliabilitas rendah berarti alat ukur tersebut tidak
valid.
4.a. Validitas
Dalam penelitian pengajaran bahasa asing ada lima jenis validitas dari alat ukur, yaitu validitas tampilan, validitas isi, validitas prediktif, validitas konstruk, dan validitas kesetaraan.
a. Validitas Tampilan (Face validity)
Ada kemungkinan validitas tipe ini tidak terlalu ilmiah dan hanya berdasarkan kebiasaan yang ada, misalnya format penyusunan pilihan-pilihan dalam soal pilihan ganda.Seiring dengan perkembangan teori belajar bahasa asing, validitas tampilan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.Contohnya saja untuk mengukur kemampuan berbahasa Inggris dalam bentuk tulisan sudah mulai popular sehingga tes semacam TOEIC (test of English for International Communication) atau JLPT (Japanese Language Proficiency Test) yang dilaksanakan secara tertulis dan valid.
Ada kemungkinan validitas tipe ini tidak terlalu ilmiah dan hanya berdasarkan kebiasaan yang ada, misalnya format penyusunan pilihan-pilihan dalam soal pilihan ganda.Seiring dengan perkembangan teori belajar bahasa asing, validitas tampilan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.Contohnya saja untuk mengukur kemampuan berbahasa Inggris dalam bentuk tulisan sudah mulai popular sehingga tes semacam TOEIC (test of English for International Communication) atau JLPT (Japanese Language Proficiency Test) yang dilaksanakan secara tertulis dan valid.
b. Validitas Isi (Content validity)
Validitas isi terkait dengan seluruh butir-butir soal yang ada dalam suatu alat ukur. Untuk memenuhi validitas tipe ini peneliti harus melihat seluruh indikator yang berupa butir-butir soal dan menganalisisnya apakah alat ukurnya secara keseluruhan telah mewakili dari materi yang akan diukur. Contoh validitas isi adalah tes bakat kebahasaan.Bakat kebahasaan sering didefinisikan sebagai kemampuan dasar seseorang untuk belajar bahasa yang mencakup ranah kosa kata, minat, analisa kebahasaan, pembedaan suara dan kemampuan berasosiasi antara simbol dan suara. Bila alat ukur tersebut dikembangkan berdasarkan definisi itu, alat ukur tersebut harus memenuhi ke lima ranah tersebut.
Validitas isi terkait dengan seluruh butir-butir soal yang ada dalam suatu alat ukur. Untuk memenuhi validitas tipe ini peneliti harus melihat seluruh indikator yang berupa butir-butir soal dan menganalisisnya apakah alat ukurnya secara keseluruhan telah mewakili dari materi yang akan diukur. Contoh validitas isi adalah tes bakat kebahasaan.Bakat kebahasaan sering didefinisikan sebagai kemampuan dasar seseorang untuk belajar bahasa yang mencakup ranah kosa kata, minat, analisa kebahasaan, pembedaan suara dan kemampuan berasosiasi antara simbol dan suara. Bila alat ukur tersebut dikembangkan berdasarkan definisi itu, alat ukur tersebut harus memenuhi ke lima ranah tersebut.
c. Validitas Prediktif (Predictive
validity)
Validitas alat ukur yang terkait dengan kemampuan memprediksi fenomena di masa mendatang disebut validitas prediktif.Validitas ini mengambarkan sejau mana hasil tes dari suatu alat ukur mempunyai korelasi dengan suatu keberhasilan belajar di masa mendatang. Dengan kata lain, suatu alat ukur yang mempunyai validitas prediktif dapat digunakan untuk memprediksi apakah seseorang akan lebih berhasil atau kurang berhasil dalam belajar sesuatu.
Validitas alat ukur yang terkait dengan kemampuan memprediksi fenomena di masa mendatang disebut validitas prediktif.Validitas ini mengambarkan sejau mana hasil tes dari suatu alat ukur mempunyai korelasi dengan suatu keberhasilan belajar di masa mendatang. Dengan kata lain, suatu alat ukur yang mempunyai validitas prediktif dapat digunakan untuk memprediksi apakah seseorang akan lebih berhasil atau kurang berhasil dalam belajar sesuatu.
d. Validitas Konstruk (Construct
validity)
Validitas konstruk diperlukan untuk alat ukur yang mempunyai beberapa indikatordalam mengukur satu aspek atau konstruk.Bila ada alat ukur yang mempunyai beberapa aspek dan setiap aspek diukur dengan beberapa indikator, indikator yang sejenis harus berasosiasi positif satu dengan lainnya.Sebaliknya, indikator-indikator tersebut harus berasosiasi negatif dengan indikator lainnya bila indikator tersebut mengukur aspek yang berbeda atau berlawanan.
Validitas konstruk diperlukan untuk alat ukur yang mempunyai beberapa indikatordalam mengukur satu aspek atau konstruk.Bila ada alat ukur yang mempunyai beberapa aspek dan setiap aspek diukur dengan beberapa indikator, indikator yang sejenis harus berasosiasi positif satu dengan lainnya.Sebaliknya, indikator-indikator tersebut harus berasosiasi negatif dengan indikator lainnya bila indikator tersebut mengukur aspek yang berbeda atau berlawanan.
e. Validitas Kesetaraaan (Concurrent validity)
Alat ukur yang baru dikembangkan dalam suatu penelitian membutuhkan validitas kesetaraan.Validitas kesetaraan mengukur sejauh mana alat ukur yang baru tersebut dapat dikorelasikan dengan alat ukur sejenis yang seudah terbukti validitasnya.Bila atal ukur yang baru tersebut mempunyai korelasi yang tinggi dan signifikan berarti alat ukur tersebut mempunyai validitas kesetaraan.Dengan mempunyai validitas tipe ini, alat yang baru tersebut diasumsikan mempunyai validitas yang sejenis seperti alat ukur yang sudah ada.Bila atalt ukur yang sudah ada mempunyai valiiditas isi, alat ukur yang baru diasumsikan mempunyai validitasi isi juga. Korelaasi kedua alat ukur tidak perlu mempunyai asosiasi yang sempurna karena taka da dua alat ukur yang mampu mengukur satu aspek kebahasaan dengan hasil yang sama.
Alat ukur yang baru dikembangkan dalam suatu penelitian membutuhkan validitas kesetaraan.Validitas kesetaraan mengukur sejauh mana alat ukur yang baru tersebut dapat dikorelasikan dengan alat ukur sejenis yang seudah terbukti validitasnya.Bila atal ukur yang baru tersebut mempunyai korelasi yang tinggi dan signifikan berarti alat ukur tersebut mempunyai validitas kesetaraan.Dengan mempunyai validitas tipe ini, alat yang baru tersebut diasumsikan mempunyai validitas yang sejenis seperti alat ukur yang sudah ada.Bila atalt ukur yang sudah ada mempunyai valiiditas isi, alat ukur yang baru diasumsikan mempunyai validitasi isi juga. Korelaasi kedua alat ukur tidak perlu mempunyai asosiasi yang sempurna karena taka da dua alat ukur yang mampu mengukur satu aspek kebahasaan dengan hasil yang sama.
4.b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi dari suatu alat ukur, atau
sejauh mana alat ukur tersebut dapat mengukur subjek yang sama dalam waktu yang
berbeda namun menunjukkan hasil yang relatif sama. Untuk mengukur reliabilitas
sebuah tes kita dapat memberikan tes tersebut kepada subjek yang sama paling
sedikit dua kali dalam waktu yang berbeda, dan membandingkan kedua hasilnya.
Faktor yang mempengaruhi kedua pengukuran tersebut adalah
kelelahan, kondisi lingkungan dan aspek-aspek psikologis maupun fisiologis
lainnya. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan bahwa kedua tes tersebut harus
diberikan dalam situasi dan kondisi yang relatif sama atau mirip. Selanjutnya
akan dijelaskan jenis-jenis reliabilitas.
- Reliabilitas antarindikator
Bila suatu alat ukur terdiri dari beberapa indikator yang
berupa butir-butir soal, perlu diukur sejauh mana masing-masing indikator
menunjukkan hasil yang sama di dalam mengukur suatu aspek.
- Reliabilitas antar Kelompok
Dalam sebuah penelitian
yang mengaruskan alat ukurnya reliabel untuk semua kelompok, peneliti harus
melaporikan analisa reliabilitas antar kelompok.Untuk melihat apakah alat ukur
tersebut dapat reliabel untuk semua kelompok yang ada dalam sebuah penelitian,
peneliti dapat melakukan analisa perbandingan.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian.Data
yang terkumpul dengan menggunakan instrumen tertentu akan dideskripsikan dan
dilampirkan atau digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian.
Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrumen yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu.
Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrumen yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu.
Instrumen penelitian memiliki kualitas yang baik bila memenuhi dua kriteria
pokok instrument yaitu adalah: validitas, reliabilitas, dan.
Validitas adalah sejauh mana suatu instrumen melakukan fungsinya atau
mengukur apa yang seharusnya diukur. Artinya sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu instrumen dalam melakukan fungsinya.
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya. Makin cocok
dengan sekor sesungguhnya makin tinggi reliabilitasnya. Reliabilitas juga
merupakan derajat kepercayaan dimana skor penyimpangan individu relatif
konsisten terhadap tes sama yang diulangi.
Referensi:
Peter
Airasian, Geogffrey E. Mills, L.R. Gay,(Educational Research,Competencies for Analysis and Applications, 2009), hlm.144
Sugiyono, Metode Peneltian
Kuantitatif kualitatif dan R & D(Bandung: Alfabeta,2010),hlm.102
Hamzah B. Uno, Herminanto Sofyan & I Made Candiasa, Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian(
Jakarta: Delima Press, 2001).hlm.60
Norman E. Gronlund & Robert L. Linn, Measurement and Evaluation in Teaching.(New York: Macmillan
Publishing Company,1990).hlm.109
Blogkatte.blogspot.co. Jenis Instrumen Penelitian;( senin, 1
Desember 2014)
Bambang Setiyadi, Metode
Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif,
2006, h. 14.
L.R. Gay, Geoffrey E. Mills dan Peter Airasian, Educational Research Competencies for
Analysis and Applications, 2009, h. 154
] L.R. Gay, Geoffrey E. Mills dan Peter Airasian, Educational Research Competencies for
Analysis and Applications, 2009, h. 159
Bambang Setiyadi, Metode
Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif,
2006, h. 29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar